Senin, 21 Desember 2015

PUSTAKAWAN DAN PROFESI “PEMIKIRAN SULISTYO-BASUKI”



Profil Singkat Sulistyo-Basuki
L. Sulistyo-Basuki adalah Guru besar Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya dan Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Depok. Sulistyo-Basuki, atau akrab dipanggil Pak Sulis (lahir di Sumbawa BesarNusa Tenggara Barat11 September 1941; umur 72 tahun) merupakan putra pertama almarhum Bapak Hardjito dan Ibu Moeridjah Hardjito, yang kedua-duanya merupakan pensiunan guru Sekolah Rakjat di Blitar. Ibunda Moeridjah sempat merangkap pustakawan ketika menjadi guru bantu di Meisjes Vervolgschool Wlingi. Pendidikannya di mulai di Frobel School di Sumbawa Besar (1948), Sekolah Rakjat di Blitar (1954), SMP bagian B (Blitar, 1957), SMA bagian C (Blitar, 1960) kemudian melanjutkan ke Sekolah Perpustakaan, cikal bakal pendidikan arsiparis di Indonesia. Ia memperoleh gelar Sardjana Muda (Universitas Indonesia, 1963), Sarjana Sastra (Universitas Indonesia 1974), Master of Science (Case Western reserve University, Cleveland, Ohio, USA 1980), Master of Arts (1980).
Ia menjadi putra Indonesia pertama yang meraih gelar doktor dalam bidang Information and Library Science dan juga gelar profesor bidang Ilmu Perpustakaan (sejak tahun 1995). Gelar doktor diraihnya akhir Juni 1984 di Case Western Reserve University Cleveland, Ohio, Amerika Serikat. Ia mempertahankan disertasi yang berjudul: A Citation Analysis of Agricultural and Medical Journal Published in Less Developed Countries, With Special Reference to the Regions of Africa Sub-Sahara, Latin America, and Southeast Asia.
Pak Sulis merupakan pengajar dan penulis yang aktif. Buku-buku terbitannya telah menjadi pegangan dasar bagi mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan dan informasi di universitas seluruh Indonesia. Gaya mengajar beliau yang kalem dan bersahaja sangat disukai oleh para mahasiswanya. Salah satu joke yang sering diungkapkannya ketika melihat para mahasiswa kebingungan di kelas adalah “yang bodoh ini pasti saya karena tidak bisa mengungkapkan ide dengan baik”. Beliau adalah profesor yang sangat rendah hati.
Ketika mengajar mata kuliah Metodologi Penelitian untuk mahasiswa tingkat akhir, Pak Sulis tidak henti-hentinya mengingatkan “publish or perish”. Sebuah ungkapan yang sangat tegas dan jelas dan akan selalu dikenang para mahasiswanya. Beliau juga sangat peduli dengan karya cipta. Jangan sekali-sekali membawa buku teks fotocopian di kelas. Hal disiplin lainnya yang diajarkan oleh beliau adalah untuk selalu menyebut sumber tulisan dalam sebuah karya tulis agar tidak disebut dukun.

Pemikiran Sulistyo-Basuki Tentang Pustakawan dan Profesi
Menurut Sulistyo Basuki (1991:159) pustakawan adalah tenaga professional yang dalam kehidupan sehari-hari berkecimpung dengan dunia buku. Dengan situasi demikian lah sudahlah layak bila pustakawan menganjurkan masyarakat untuk giat membaca. Dan pustakawan pun dituntut untuk giat membaca demi kepentingan profesi, ilmu, maupun pengembangan kepribadian si pustakawan itu sendiri. Adapun yang dibaca pustakawan adalah pustaka yang menyangkut ilmu perpustakaan dan kepustakawanan.
Sedangkan profesi menurut Sulistyo Basuki (1991:147), memiliki arti kata pekerjaan atau sebuah sebutan pekerjaan terutama pekerjaan yang memerlukan pendidikan atau latihan. Profesi berkaitan dengan professional artinya segala sesuatu yang berkaitan dengan atau merupakan bagian dari profesi. Dan profesi merupakan sebuah pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari teori dan bukan saja dari praktek, dan diuji dalam bentuk ujian dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang serta memberikan hak pada orang yang bersangkutan untuk berhubungan dengan klien.
Adapun ciri profesi menurut Sulistyo-Basuki (1991:148), yaitu sebagai berikut:
1.    Adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian
2.    Terdapat pola pendidikan profesi yang jelas
3.    Adanya kode etik
4.    Berorientasi pada jasa
5.    Adanya tingkat kemandirian
Ciri-ciri tersebut menurut Sulistyo-Basuki (1991:151), sering kali diubah walaupun pada hakikatnya sama saja. Berdasarkan tinjauan literature mengenai profesi maka atribut sebuah profesi adalah sebagai berikut:
1.    Memiliki batang tubuh pengetahuan yang sistematik dan teoritis.
2.    Orientasi utama ke arah kepentingan masyarakat bukannya kepentingan diri pribadi.
3.    Adanya otonomi
4.    Adannya kendali kelompok terhadap praktek  profesi melalui izin, lisensi, dan kode etik.
5.    Adanya organisasi profesi
6.    Adanya monopoli, dan
7.    Adanya sanksi komuniti
Sulistyo-Basuki (1991: 151) menyatakan dalam kenyataannya unsur (1) sampai dengan (7) tidak selalu harus ada karena di antara sosiolog belum terdapat kesepakatan mengenai definisi profesi. Model di atas sering disebut sebagai model profesionalisme. Namun model profesionalisme semacam itu memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama, menyangkut batang tubuh pengetahuan yang teratur. Hal ini merupakan presumsi naif yang menganggap bahwa batang tubuh teori yang sistematik berarti melibatkan keterikatan pada rasionalitas dan karenanya pola pikir ilmiah diwujudkan dalam kemauan untuk berubah. Kelemahan kedua, profesionalisme tradisional adalah penyangkalan jasa untuk masyarakat. Sering terjadi konsep autonomi berbenturan dengan kepentingan masyarakat. Misalnya pemogokan perawat ataupun demonstrasi guru menuntut kenaikan gaji.
Sulistyo-Basuki (1991: 151) menyatakan di dalam dunia kepustakawanan, pemisahan antara pustakawan professional dengan pustakawan semi profesional maupun teknisi dapat dilihat dari segi kegiatan. Bila diperhatikan dengan seksama maka kegiatan perpustakaan mulai dari pengadaan buku hingga kepenyebaran informasi meliputi kegiatan sebagai berikut:
TABEL. 01
xx
menentukan objek kerja perpustakaan (berkaitan dengan hubungan  masyarakat, minat pemakai, hubungan  dengan pemerintah serta pelbagai pertemuan lainnya dengan anggota masyarakat).
xx
Merumuskan kebijakan perpustakaan (dari objek perpustakaan menjadi perencanaan perpustakaan).
xx
Perencanaan keseluruhan.
xx
Mempersiapkan perkiraandan dugaan objek perpustakaan.
+
Akuntansi
xx
Merencanakan gedung serta pengaturan tempat.
+
Memelihara gedung.
+
Membeli peralatan, alat tulis, dan persediaan bahan habis pakai lainnya.
xx
Mengorganisasikan kegiatan perpustakaan.
xx
Mengkoordinasikan atau menyelaraskan kegiatan perpustakaan.
+
Bertanggung jawab atas data personalia.
+
Staf pengelolaan.
+
Mengatur absensi personalia serta jadwal kerja.
xxx
Pemilihan buku.
x
Pemesanan buku.
x
Pencatatan majalah
x
Pengkatalogan (katalogisasi)
xxx
Klasifikasi.
x
Mengatur bahan pustaka agar siap digunakan
x
Mengembalikan dan mengatur buku di rak
x
Inventarisasi atau stock opnamae
x
Peminjaman
xxx
Tugas referens
xxx
Temu balik informasi, dan
xxx
Bimbingan pemakai

Untuk menentukan sebutan professional atau semi profesional atau teknisi, dari kegiatan di atas dari kegiatan yang bertanda + tidak berkaitan langsung dengan kepustakawanan. Dan selanjutnya kegiatan yang memiliki tanda x merupakan tanda paraprofessional. Untuk melakukan kegiatan tersebut tidak memerlukan ijazah sarjana, juga tidak perlu latihan professional bahkan ada yang dapat dilakukan oleh tenaga teknisi atau pun tenaga terampil lainnya. Tugas pustakawan professional dimulai dengan tanda xx, dan tugas yang bertandakan xxx merupakan tugas pustakawan spesialis dan pakar subjek.
Adapun tugas professional dan non professional di perpustakaan, yaitu sebagai berikut:
TABEL 0.2
No
Bidang tugas
Professional
Non profesional
1
Administrasi
Sasaran
Kebijakan (Policy)
-          Implementasi
-          Sasaran
Perencanaan
-          Jangka panjang
-          Jangka pendek
Anggaran
Supervisi Staf
Pembuatan Peraturan
Membuat Laporan
Tata Buku
Tugas rutin
Bon-pembayaran tunai
Penggantian tunai
Tanda terima
SURAT
-          Surat masuk
-          Surat keluar
TUGAS RUTIN
PERKANTORAN
-          Membuat notulen
-          Ketik
-          Penggandaan
-          Telepon
-          Teleks
-          Daftar tamu
STOK
-          Tanda terima
-          inventaris
2
Managemen
Evaluasi Tugas Pengembangan Staf
Perekrutan In Service Training
Kesejahteraan Karyawan
PELATIHAN tenaga yunior nonprofesional
3
Hubungan Masyarakat
Publisitas

Kontak Dengan Lingkungan Aktivitas Akstra Perpustakaan misalnya ceramah film kunjungan
Berkas publisitas seperti buku tamu
Persiapan bahan publisitas
Distribusi material publisitas
Penyusunan daftar peserta, alamat dan sebagainya.
4
Pemilihan bahan pustaka
Kebijakan
Alokasi Dana Tinjauan, Pembayaran dan sebagainya


Kontrol Anggaran
Pemeriksaan Katalog
Penyusunan
Pemesanan Surat Menyurat dengan pemasok
Membut Catatan Anggaran tanda terima & proses selanjutnya.
5
Pembinaan pengembangan koleksi
Control Terus Menerus
(permintaan/penyediaan)
Membantu pelaksanaan pengembanan koleksi
6
Penyiangan koleksi
Kebijakan
Penyusunan daftar buku yang ditawarkan pada perpustakaan lain.
Pencabutan kartu katalok
7
Katalog
Kebijakan

Mis. Jenis katalog-katalog bentuk katalog
Pengkatalogan lengkap/sederhana
Pengkatalogan total/selektif
Peraturan pengkatalogan
Pengkatalogan Deskriptif
Entri Tambahan
Pemeriksaan Penjajaran
Pembuatan Panduan Katalog
Berkas Kendali
Pembuatan entri katalogan kartu induk
Pengkatalog sederhana

Penjajaran entri katalog
8
Klasifikasi
Kebijakan
Mis. Pemilihan dengan kata susunan terputus
Klasifikasi
Pembuatan nomor panggil di punggung penambahan nomor
9
Pemeliharaan
Kebijakan
Keputusan
Proses Pemeriksaan
Penyampulan buku
Perbaikan reparasi
Persiapan untuk penjilidan pengiriman ke penjilid
Tanda terima dan penjilid
Berkas pengeluaran penjilidan
Pengembalian rak
10
Control Stok
Kebijakan Stok Opname
Pengawasan stok okname

Penyusunan Pengamanan
Pengecapan tanda perpustakaan
Pelaksaan stok opname
11
Bantuan Bagi Pemakai
Kebijakan
Mis. Ruang lingkup organisasi
Instruksi untuk pembaca
-          perorangan
-          kelompok
Menjawab Pertanyaan
Bimbingan Membaca
Sirkulasi Informasi
Pengabstrakan
Kompilasi Bibliografi
Pertanyaan Sederhana
Pemeriksaan katalog

Pemeriksaan bibliografi
12
Peminjaman
Kebijakan
Mis. Peraturan system peminjaman keanggotaan peminjaman antar pesputakaan





Analisis Statistik Peminjaman mengani keluhan.
Pendaftaran anggota
Menjelaskan peraturan peminjaman




Peminjaman Pengembalian buku Perpanjangan
Tandon
Keterlambatan
Denda
Statistik peminjaman
Statistik keanggotaan

Berdasarkan hal tersebut, penulis akan menganalisis tentang pemikiran bapak Sulistyo-Basuki mengenai profesi pustakawan. Kata “librarians” menurut pemikiran bapak Sulistyo-Basuki, pustakawan adalah orang yang terlibat di dunia perpustakaan atau orang yang berkecimpung di dalamnya. Karena dari itu pustakawan harus selalu giat membaca, sebab dengan membaca seorang pustakawan tersebut akan bisa tahu segalanya, apalagi kalau kita ketahui tugas pustakawan adalah melayani pemustaka, membimbing khususnya dalam penyediaan dan penelusuran informasi. Selain itu pustakawan sebagai fasilitator di mana pustakawan itu harus memahami dengan baik informasi yang dibutuhkan untuk organisasinya dan juga orang pustakawan harus bisa mengevaluasi informasi tersebut, maka dari itu bapak Sulistyo-Basuki menekankan bahwa seorang pustakawan harus giat membaca.
Pustakawan sebagai profesi harus mempunyai keahlian dibidangnya, yaitu di bidang perpustakaan, selain itu seorang pustakawan sebagai profesi tidak hanya mempunyai keahlian yang diperoleh dari praktek saja atau pelatihan melainkan juga teorinya, dan diuji dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang serta memberikan hak pada orang yang bersangkutan untuk berhubungan dengan klien.
Berdasarkan ciri-ciri profesi yang dikemukakan oleh bapak Sulistyo-Basuki, yaitu Adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian, Untuk mencapai keberhasilan maka organisasi profesi harus berusaha agar pekerjaan pustakawan diisi oleh tenaga yang berkkualifikasi, yang penuh dengan ide profesionalisme serta harus diakui oleh lembaga tempat pustakawan bekerja. Terdapat pola pendidikan profesi yang jelas, karena pendidikan merupakan sesuatu hal yang sangat vital atau penting sekali terutama profesi tentang pustakawan itu sendiri. Di mana profesi itu di dasarkan atas batang tubuh teori atau teknik yang diajarkan. Artinya bahwa subjek tersebut dapat dibutuhkan sebagai disiplin ilmu serta pekerjaan professional memang harus memiliki sifat intelektual, pada umumnya tentang pendidikan di bidang kepustakawanan.  Adanya kode etik, kode etik akan mengatur hubungan antara tenaga professional, dan kode etik pustakawan lebih bersifal sosial.  Dan kode etik pustakawan merupakan seperangkat standar aturan tingkah laku, yang berupa norma-norma yang menjadi standar perilaku yang berlaku bagi profesi pustakawan dalam rangka melaksanakan kewajiban profesionalnya di dalam kehidupan bermasyarakat. kode etik pustakawan memiliki substansi yang dijabarkan dalam berbagai kewajiban yang dimiliki pustakawan, yaitu hubungannnya dengan pribadi yang dijabarkan dalam sikap dasar pustakawan, pengguna, antar pustakawan, perpustakaan, organisasi profesi, dan dengan masyarakat. Berorientasi pada jasa, jasa pustakawan yang diberikan kepada pembaca menyangkut masalah hidup dan budaya si pembaca, dan jasa tersebut diberikan secara terus menerus. Adanya tingkat kemandirian, dan sebagai tenaga professional harus mandiri tidak bergantung kepada orang lain.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak Sulistyo-Basuki pada tanggal 14 November 2014,  beliau mengatakan pustakawan dikatakan sebagai professional apabila sudah melakukan kegiatannya dengan sungguh-sungguh sekaligus ahli di bidangnya, pustakawan dikatakan sudah professional bisa dilihat dari kegiatan perpustakaan mulai dari pengadaan buku hingga kepenyebaran informasi (lihat table 01) di atas. Dan menurut beliau tugas pustakawan professional dimulai dengan tanda xx, yaitu yang meliputi:
1.    Menentukan objek kerja perpustakaan (berkaitan dengan hubungan  masyarakat, minat pemakai, hubungan  dengan pemerintah serta pelbagai pertemuan lainnya dengan anggota masyarakat).
2.    Merumuskan kebijakan perpustakaan (dari objek perpustakaan menjadi perencanaan perpustakaan).
3.    Perencanaan keseluruhan.
4.    Mempersiapkan perkiraandan dugaan objek perpustakaan.
5.    Merencanakan gedung serta pengaturan tempat.
6.    Mengorganisasikan kegiatan perpustakaan.
7.    Mengkoordinasikan atau menyelaraskan kegiatan perpustakaan.
Tugas pertama ialah menentukan objek perpustakaan, tugas tersebut merupakan tugas terpenting dari keseluruhan tugas bertanda xx karena menyangkut keseluruhan perpustakaan. Ketiga tugas lainnya bertanda xx merupakan tugas pustakawan professional yaitu mengaitkan keberadaan perpustakaan dengan masyarakat serta minat pengguna (selalu menjaga hubungan dengan pemakai perpustakaan, baik perorangan maupun kelompok) konsultasi dengan pimpinan badan induk perpustakaan atau pihak lain yang berkaitan dengan perpustakaan, serta ikut dalam pertemuan komisi perpustakaan dan mungkin pula dewan penyantun perpustakaan.
Tugas yang bertandakan xxx merupakan tugas pustakawan spesialis dan pakar sabjek, tugas pustawan yang bertandakan xxx yaitu pemilihan buku, klasifikasi, tugas referens, temu balik informasi, dan bimbingan pemakai. Tugas tersebut merupakan tugas pustawan spesialis dan pakarnya, karna pemilihan buku, seorang pustakawan harus tahu tentang subjek yang bersangkutan dengan buku tersebut, pengetahuan tentang literatur subjek, dan pengetahuan akan sumber pasokan. Dan Klasifikasi hanya dilakukan oleh pustakawan professional, yaitu pustakawan yang memahami klasifikasi itu sendiri, sehingga nilai lebih pustakawan dalam sumbangannya bagi perpustakaan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Tugas referensi, yang merupakan puncak kekuatan pustakawan. Pustakawan yang mampu memberikan jasa referens, jasa bibliografi, dan temu balik informasi merupakan pustakawan spesialis yang telah mampu mencapai taraf yang paling tinggi sebagai profesi pustakawan. Selain itu pustakawan bisa membimbing pemakai atau user. Selain tersebut pustakawan dikatakan professional atau tidaknya juga bisa dilihat dari ancangan atau pembagian tugas itu sendiri, lihat table 02.
Jadi, profesi menurut Sulistyo-Basuki merupakan sebuah pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari teori dan bukan saja dari praktek, dan diuji dalam bentuk ujian dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang serta memberikan hak pada orang yang bersangkutan untuk berhubungan dengan klien. Dan seorang pustakawan dapat dikatakan profesional apabila telah melaksanakan tugasnya masing-masing, sebagaimana yang ada di dalam tabel di atas. Dan dalam dunia kepustakawanan, pemisahan antara pustakawan professional dengan pustakawan semi profesional maupun teknisi dapat dilihat dari segi kegiatannya.







DAFTAR PUSTAKA

Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT gramedi Pustaka Utama. 1991.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar