A.
Sejarah Taman Baca Masyarakat (TBM)
Rumah Asa
TBM Rumah Asa hadir di perbatasan
RW 11 Karangkajen dan RW 12 Karangkunti Kota Yogyakarta tepatnya beralamat di
Karangkajen MG III/886 E RT 43 RW 11 Brontokusuman Yogyakarta, dan dibentuk
pada tanggal 23 April 2008, bertepatan dengan Hari Dongeng Dunia. TBM Rumah Asa
berada di tengah-tengah masyarakat yang rata-rata mengembangkan jiwa
kewirausahaan dalam memenuhi hajat kehidupan keluarga. Secara historis
merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya salah satu pusat kemajuan organisasi
masyarakat terbesar di Indonesia yaitu Muhammdiyah. Tidak hanya pergerakannya
yang hidup, struktur ekonomi Karangkajen termasuk menjadi pusat industry batik
tulis, cap maupun printing. Seiring dengan berkembangnya syiar melalui
organisasi kemuhammadiyahan menjadikan kampong ini mempunyai suasana religious yang
kental. Karangkajen juga mendapat keutamaan tempat dimakamkannya tiga tokoh
nasional yaitu KH. Ahmad Dahlan, AR. Fakhruddin dan Lafran Pane pendiri
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Berdasarkan hasil wawancara, yang
penulis lakukan dengan ibu Rusjayanti, pengurus bagian sirkulasi pada hari
Senin, tanggal 4 Mei 2015, pukul 13. 00-14.10, WIB. Ia mengatakan bahwa pada
awalnyan TBM Rumah Asa bernama TBM Dunia-Q dan berganti nama pada Mei 2011,
setelah pengurusnya melakukan kunjngan pada Desember 2010 ke TBM Rumah Dunia
milik Gola Gong, Banten. Saat pertama dibuka TBM Rumah Asa hanya di ruang tamu
kontrakan kecil, yang berukuran 2,5x3m2. Hampir 2000 an buku adalah
milik pribadi, dan pengurus yang saat itu beranggotakan sepuluh orang. Namun,
sekarang yang aktif hanya 5 orang saja, yaitu ibu Rubi Utami Varalin, Indra
Suryanto, Ningsi dan Achanti. Dari hasil diskusi diputuskan untuk membuat suatu
organisasi sederhana, dengan adanya koordinator, sekretaris, bendahara dan
jadwal piket bergilir untuk membuka TBM Rumah Asa setiap hari.
TBM Rumah Asa melakukan upaya untuk
pengembangan pendanaan, salah satunya dengan mengajukan bantuan dana kepada
pemerintah. Pada tanggal 15 Januari 2009. TBM Rumah Asa mendapatkan bantuan
social berupa dana perintisan dari UPT (Unit Pelaksana Teknis) Perpustakaan
Kota Yogyakarta senilai 7.000.000,00. Kemudian pada tanggal 5 November 2009,
TBM Kembali menerima bantuan social tahap pengembangan sebesar Rp. 4000.000,00.
Yang menarik dari TBM Rumah Asa ini adalah kreatifitas pengurusnya dalam merancang
program strategis dengan manajemen TBM yang mandiri dan berkelanjutan serta
cara mengembangkan pendanaan operasional yang mendukung keberlangsungan TBM
Rumah Asa. Sehingga pada tanggal 12 Juni 2010 TBM Rumah Asa terpilih menjadi
juara pertama DIY kategori pengelolaan TBM dan pada tanggal 11 Oktober 2013 TBM
Rumah Asa meraih juara 1 Nasional kategori TBM kreatif dan rekreatif.
TBM Rumah Asa yang tadinya
menggunakan tag “Membaca dengan Nurani, Menulis dengan Hikmah, dan Bertindak
dengan Makna serta Manfaat” mulai awal 2014 berganti menjadi “Baca, Berdaya
Bersama” di mana peran TBM juga bisa menjadi ujung tombak perubahan paradigm
berpikir yang mengedepankan kemandirian, kewirausahaan dan suntainabilitas.
Sehingga program menjadi mutlak untuk dikerjakan. Dalam hal ini TBM Rumah Asa
menjadi begitu menarik. Karena TBM sungguh bisa diarahkan untuk bisa menjadi
satu instrument memperbaiki komitmen masyarakat menuju bangsa yang besar. Dan
pada saat pertama kali TBM diadakan, warga Karangkajen sangat antusias sekali
untuk mengunjungi TBM. Kegiatan ruti yang dilakukan pada waktu itu, yakni
kegiatan sirkulasi (peminjaman dan pengembalian buku), kelompok belajar diskusi
pemuda, dongeng anak, dan jalan sehat.
B.
Tujuan Taman Baca Masyarakat (TBM)
Rumah Asa
Menurut Lasa (2009:331), menyatakan
bahwa Taman Bacaan Masyarakat (TBM), adalah sumber belajar yang melaksanakan
fungsi perpustakaan yang menyediakan bahan informasi yang dimanfaatkan
masyarakat untuk meningkatkan minat baca dan melek informasi. Keberadaan taman
bacaan masyarakat ini diharapkan berfungsi untuk menumbuhkan minat baca,
memperkaya pengalaman belajar, menumbuhkan kegiatan belajar mandiri, memperluas
wawasan masyarakat dan tempat belajar sepanjang hayat. Kalida (2012:3)
mengemukakan bahwa TBM yang didirikan di tengah masyarakat tentu memiliki
maksud dan tujuan, yakni menyediakan berbagai macam buku guna menunjang
kegiatan pembelajaran bagi masyarakat umum, menjadi sumber informasi yang
berguna bagi keperluan umum, memberikan layanan yang berkaitan dengan informasi
tertulis, digital maupun bentuk media lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat,
dan memberikan layanan referensi.
Selanjutnya Kalida (2012:17),
mengemukakan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut TBM harus mampu berkembang
dan secara kelembagaan TBM harus kuat dan mandiri. Artinya untuk mempertahankan
kehidupan untuk jangka panjang, perlu perjuangan yang tidak mudah yang harus
ditempuh oleh pengelola. Banyak TBM yang bernafas Senin Kamis yang hidup
diujung tanduk, “laa yamutu walaa yahya” (tidak mati dan tidak hidup),
disebabkan karena TBM menggantungkan diri pada pemerintah atau lembaga lainnya.
Untuk memandirikan TBM seorang pengelola harus mengadakan peningkatan di
berbagai bidang diantaranya yaitu, capacity building (kapasitas
kelembagaan dan SDM), networking (membangun jaringan dan mitra kerja), fundraising
(menggalang dana dan simpatisan), dan publishing (informasi dan
publikasi)
Adapun tujuan
adanya Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Asa, yaitu:
1.
Baca, berdaya bersama.
2.
Memotivasi minat baca dengan kegiatan
yang mempunyai nilai tambah secara ekonomis melalui pelatihan lifeskill.
3.
Mengorganisir kreatifitas menjadi
sebuah wadah pemberdayaan bersama yang didampingi buku sebagai khsanah utama.
Dan
4.
Menciptakan brand ASAKURA untuk
bisa bersaing dan mengukur hasil kreatifitas melalui pasar nyata 20% dan
utamanya dunia maya 80%.
Rumah Asa tumbuh dan berkembang di
tengah kota yang padat penduduknya. Pengelola Taman Baca Masyarakat Rumah Asa
selama hampir 6 tahun, menghadapi masyarakat dengan
karakteristik-karakteristik, yaitu sebagai berikut:
1.
Perubahan budaya yang diakibatkan
TI (Teknologi Informasi), yang menyebabkan masyarakat cenderung betah di rumah
sehingga kehidupan keagamaan menurun dibandingkankan dengan beberapa tahun yang
lalu.
2.
Warga Karangkajen secara umum
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara berwirausaha.
3.
Pembagian kerja di antara warga,
jauh lebih tegas.
4.
Tidak suka repot atau suka yang
praktis, sehingga mempunyai sifat konsumerisme, lebih dominan suka menikmati
langsung daripada membuat atau berproduksi.
C.
Kreatifitas Taman Baca Masyarakat
(TBM) Rumah Asa
Hermana dan Tatang (2011:9),
kreatif yaitu memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan.
Artinya, kreatifitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru
(inovatif/kreatif) atau belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan
mengejutkan, berguna dan dapat dimengerti. Sedangkan menurut Kalida (2012:19)
kreatifitas merupakan pendukung kesuksesan yang tidak ternilai harganya. Hal
ini bisa dilatih, tetapi membutuhkan waktu secara terus menerus (continue).
Suatu TBM dianggap kreatif jika pengelolanya, yaitu sebagai berikut:
1.
Memiliki kelancaran berfikir (fluency
of thinking), kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari
hasil pemikiran secara cepat. Pada umumnya kelancaran berpikir ini diorientasikan
kepada hasil secara kuantitas.
2.
Luwes dalam berpikir (flexibility),
mampu memproduksi sejumlah karya yang bervariasi atau model yang berbeda-beda,
mencari alternative dan mampu menggunakan berbagai pendekatan dan cara
berpikir.
3.
Daya elaboratif (elaboration),
kemampuan mengembangkan gagasan, menambahkan, memperinci gagasan atau situasi,
sehingga menjadi lebih menarik.
4.
Originalitas (originality),
memiliki kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik dan asli (original).
Selanjutnya
Kalida (2012:20-22), mengemukakan bahwa TBM kreatif adalah TBM yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan kreatif. Dikatakan TBM Kreatif jika TBM bukan hanya
didesain untuk menyediakan bahan bacaan dan tempat membaca. Namun, juga
didesain sebagai wadah untuk menciptakan kreatifitas warga masyarakat atau ide
dan gagasan baru pengelola. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
membuat suatu TBM kreatif, diantaranya, yaitu sebagai berikut:
a.
TBM harus melakukan sesuatu yang
berbeda karena jika melakukan hal yang sama secara terus menerus akan
mengakibat kejenuhan. TBM haruss mengadakan kegiatan yang belum pernah
dilakukan dengan berbagai improvisasi.
b.
TBM harus menjalin komunikasi
dengan berbagai elemen. Semakin banyak informasi yang kita dapat tentu akan
menambah keilmuan yang bisa mendukung kreatifitas pengelola TBM, dan semakin
banyak mitra akan semakin banyak peluang untuk menumbunhkan ide-ide kreatif.
c.
Pengelola TBM harus banyak membaca
dan menulis serta berpikir untuk mengembangkan ide-ide yang ada. Banyak wawasan
dan ide brilian muncul dari aktifitas membaca. Semakin banyak membaca, maka
semakin banyak informasi yang diperoleh.
d.
Pengelola TBM hendaknya menyediakan
waktu untuk berpikir dan merenungkan cara untuk menemukan ide ata gagasan.
Gagasan tersebut adalah pondasi untuk berkreatifitas sehingga sangat
disayangkan jika ide hanya terlintas dibenak kita saja.
Selain di
atas, Kalida (2010:21) mengemukakan, dalam program pengembangan TBM, pengelola
TBM dituntut untuk memiliki etos kerja yang tinggi karena mengurusi lembaga
nirlaba bukan hanya membutuhkan kreatifitas dan kecerdasan tertentu, tetapi
mereka juga harus berkorban tenaga dan biaya. Mereka tidak boleh berharap gaji
berupa uang, yang akan mereka terima yakni amal dan value profesionalisme karena
orientasi disetiap pekerjaan yang mereka selesaikan adalah ilmu dan mitra.
Adapun
kreatifitas TBM Rumah Asa yang ada di Karangkajen, yaitu:
1)
Kegiatan kreatif produktif di lini
Asakura, secara mandiri dengan berlangganan tidak kurang dari 10 media,
diantaranya Kuark 1, Kuark 2, Kuark 3, Majalah Umi, Majalah Hidayatullah,
Tabloid Peluang Usa, Majalah ElShinta, Koran Republika, Kompas dan Tribun
Jogja. Penambahan minimal 10 judul buku baru setiap bulannya diutamakan untuk
tema-tema pengembangan lifeskill.
2)
Untuk TIARA, pengelola TBM Rumah
Asa gelar pada beberapa chapter Rumah Asa, sebagai bentuk apresiasi
Rumah Asa kepada para pembaca terbanyak di suatu kampung. Misalnya, mengadakan
pelatihan membuat “bros” di daerah Sindurejan, di mana ada 20 orang pembaca
ibu-ibu yang aktif membaca dan berwirausaha. Lokasi Sindurejan itu sendiri
yaitu 4 KM dari Rumah Asa. Selain juga di chapter Rumah Asa di daerah
Karanganyar yang berlokasi 1 KM dari Rumah Asa yang terdiri dari ibu-ibu
aktifis PAUD RW dan berwirausaha di bidang kuliner.
3)
Gowes Kampung Jogja Istimewa atau
GONG JOGIS untuk usia 8-15 tahun yang merupakan hal kreatif dan baru dilakukan oleh
Rumah Asa dalam menggunakan metode historiografi.
4)
Ta’lim Asakura yang merupakan
pengembangan program Cakruk Jelita untuk Anak SMA sampai Perguruan Tinggi,
rutin setiap Senin malam, tampat bergantian di lingkungan kecamatan. Melatih
kreatifias dengan memberi materi bergantian.
5)
Cakruk Perubahan di angkringan
untuk para bapak, semuanya berbasis buku bacaan. Hal tersebut didiskusikan di
angkringan, dengan menu-menu rakyat jelata yang eksotik yaitu nasi kucing dalam
remang-remang cahaya lampu teplok.
6)
Brands Asakura yang menjadi alat
ekonomi kreatif di bawah lini Cakruk Serba Bisa.
Dengan adanya
kreatifitas tersebut, maka minat baca yang ada di Rumah Asa selalu
terus-menerus meningkatkan pengetahuannya, dengan cara membaca dan mencari
referensi. Demikian juga pengetahuan yang bersinergi dan bersosialita menjadkan
para relawan utamanya, dan warga yang aktif dalam agenda Asakura dan Tiara akan
terus menerus mencari buku-buku untuk menambah pengetahuan dan wawasannya.
D.
Upaya Membangkitkan Minat Baca di TBM
Rumah Asa
Adapun konsep kegiatan untuk
membangkitkan minat baca yang ada di TBM Rumah Asa, Berdasarkan hasil
wawancara, yang penulis lakukan dengan ibu Ningsi, pengurus bagian sirkulasi
pada hari Senin, tanggal 4 Mei 2015, pukul 14.10-15.45, WIB. Ia mengatakan
bahwa yaitu:
1.
Menjaga jadwal kunjung dari hari
Senin-Jum’at. Dengan menggunakan kaidah dan prosedur peminjaman dan
pengembalian buku, hingga saat ini terdaftar 1.688 orang warga baca Rumah Asa. Kegiatan
rutin peminjaman buku, terbuka untuk umum baik laki-laki maupun perempuan.
Dengan kategori PAUD-TK, SD-SMP, SMA-Perguruan Tinggi, Usia Bekerja dan Lansia.
Jam buka layanan sirkulasi ini mulai dari jam 16.00-18.00 Pas orang adzan
magrib. Buku yang boleh dipinjam hanya sebanyak 2 eksemplar buku, dan waktu
peminjamanya selama 1 minggu, dan apabila terlambat tidak dikenakan biaya,
tetapi apabila peminjam ingin memberikan uang sebagai pengganti keterlambatan,
maka dianggap sebagai infaq. Selain itu apabila seseorang ingin mendaftar
menjadi anggota TBM Rumah Asa maka hanya mengisi Formulir saja tanpa dipungut
biaya. Dan ketika ada tamu atau anggota datang maka harus mengisi buku tamu.
Sedangkan buku yang dipinjam kebanyakan buku tentang komik, fiksi, majalah dan
buku tentang agama. Buku tentang komik atau fiksi kebanyakan dipinjam oleh
anak-anak, buku majalah kebanyakan dipinjam oleh ibu-ibu rumah tangga, dan
majalh tersebut yang berisi tentang fashion, kuliner dan sebagainya, karena
kebanyakan ibu-ibu yang ada di Karangkajen berwirausaha. Dan masalah buku agama
kebanyakan dipinjam oleh orang yang sudah lansia (Lanjut Usia). Hampir semua
jenis buku di TBM Rumah Asa ini ada, baik fiksi, non fiksi, majalah dan lain
sebagainya. Namun yang tidak ada hanya buku tentang pelajaran sekolah, baik
buku SD, SMP dan SMA.
2.
Taman Bca Masyarakat (TBM) Rumah
Asa, mengadakan program menarik yang rutin di adakan, yaitu Training Ibunda
Rumah Asa atau TIARA setiap hari minggu di pekan kedua setiap bulannya untuk
ibu-ibu muda di bawah 45 tahun. Dan berisi tema parenting dan lifeskill
yang di helat secara berselang-seling, dan maksimal terdiri dari 40 orang
Ibunda.
3.
Gowes Kampung Jogja Istimewa atau
GONG JOGIS untuk usia 8-15 tahun yang merupakan pengembangan program Cakruk
Smart Hebat, menggunakan metode historiografi. Setiap dua minggu sekali, dengan
konsep 1 orang dewasa mengampu 5 orang anak. Sebelumnya di training oleh POLSEK
wilayah Kecamatan Merngangsan, untuk sadar rambu dan adab berlalulintas.
4.
Ta’lim Asakura yang merupakan
pengembangan program Cakruk JELITA untuk anak SMA sampai Perguruan Tinggi,
diadakan rutin pada setiap Senin malam, tempatnya bergantian di lingkungan
kecamatan. Adapun anggotanya adalah para volunteer yang kebanyakan putri dan
masih bertetangga dengan Rumah Asa. Dan jumlah anggotanya saat ini ada 18 orang
yang merupakan para relawan, yang berusia di atas 16 tahun.
5.
Carkruk Perubahan di angkringan
untuk para bapak, semuanya berbasis buku bacaan. Diakan rutin setiap 3 bulan
sekali, untuk para bapak dan para pemuda, dengan rata-rata usia di atas 18
tahun. Lebih banyak didasarkan pada kondisi saat ini dengan topik-topik trendsetter
dan hotnews.
6.
Brands Asakura yang menjadi alat
ekonomi kreatif di bawah lini Cakruk Serba Bisa, hal ini dikonsep dengan
menggunakan online, maka yang boleh menjadi admin adalah mereka yang berumur di
atas 17 tahun dan aktif menjadi panitia Rumah Asa. Adapun konsep online
tersebut, yaitu:
Web :
www.rumahasa.com
Blog :
www.asakurarumahasa.blogspot.com.
IG :
@GALERI_ASAKURA & @ASAKURA_RUMAH_ASA
Grup :
Rumah Asa, TBM
Page :
Mukena Murah Asakura
FB :
Rumah Asa Jogja
Adapun produk yang di jual oleh TBM
Rumah Asa yaitu Mukena Literasi untuk usia 7 tahun ke bawah, mukena Couple Ibu
dan Anak, mukena seragam Majlis Ta’lim, Gamis SUJU (Super Jumbo) dan Kencleng
5R ASAKURA dengan menggunakan konsep Reduce, Reuse, Recycle, Repair dan Rethink.
Karena sehari-hari admin Rumah Asa selalu terhubung (online) setiap
bulan sekali pada Sabtu atau Minggu terakhir, diadakan agenda temu muka para
anggota sekitar 20-40 orang yang biasa disebut kopi darata atai kopdar. TBM
Rumah Asa selalu mengadakan outing class dengan materi-materi aplikatif,
missal optimasi facebook, otimasi instagram, otimasi photogrid, otomasi
twitter, optimasi penggunaan kamera hp juga pocket dan tidak kalah penting
optimasi display baik offline maupun online.
Dengan adanya kegiatan di TBM Rumah
Asa tersebut, terdapat hasil yang diperoleh yaitu pertama, hasil
kegiatan rutin peminjaman dan pengembalian buku setiap hari adalah penambahan
buku dari tahun ke tahun. Kedua, hasil dari pelatihan TIARA adalah
terbangunnya inisiasi kelompok ibu-ibu yang mendirikan Rumah Asa di
lingkungannya, yaitu kampong Sindurejan dan Kampung Karanganyar. Ketiga, program
Gong Jogis, menghasilkan metode jalan-jalan yang fun dan sarat makna
sejarah. Follow up dari kegiatan tersebut adalah pembuatan buku wisata
kampong Jogja Istimewa, dan penulisnya adalah anggota hobbies Gong Jogis.
Keempat, Ta’lim Asakura yang berkelanjuta melahirkan para penerus
sekitar 20 relawan yang siap menjado garda depan mengawal program-program yang
berjalan. Kelima, Cakruk Perubahan di Angkringan untuk para bapak
berefek pada meningkatnya kepedulian kaum pria untuk menjadi relawan di Rumah
Asa. Dan pada tahun ini bertambah 4 orang bapak dan remaja putra yang turut
membersamai Rumah Asa.
Selain hal di atas, menurut
Rusjayanti, untuk mengajak anak-anak supaya gemar membaca, itu tidak sulit,
karena TBM Rumah Asa, mempunyai dua (2) strategi yang handal, yaitu pertama,
dengan diadakan “pesta eksrim” dengan dihadiri sekitar 200 anak, karena dengan
adanya pesta eskrim tersebut anak-anak senang dan gembira. Kedua, supaya
anak-anak gemar membaca maka TBM Rumah Asa menggunakan cara dengan mendongeng (story
telling).
Menurut Lasa
(2009:39), story telling adalah bentuk komunikasi antara pencerita
dengan sejumlah peserta melalui gerak dan suara. Story telling ini dapat
diselenggarakan di sekolah, taman bacaan masyarakat/TBM, perpustakaan
anak-anak, perpustakaan umum, tepat-tempat ibadah dan lainnya. Story telling
tersebut dapat memberikan manfaat, antara lain yaitu:
a.
Menumbuhkan rasa
percaya diri pada anak/siswa
b.
Merangsang
imajinasi
c.
Menumbuhkan rasa
ingin tahu
d.
Memperoleh
kemampuan untuk menyelesaikan masalah
e.
Menambah
pembendaharaan kata
f.
Memperluas
wawasan
Adapun
pelaksanaan story telling ini dapat dipilih dari beberapa cara antara
lain:
a.
Pencerita dapat terdiri dari guru,
guru pustakawan, pustakawan, atau pihak lain yang memiliki kemampuan bercerita.
b.
Tempat bercerita bisa di ruang
perpustakaan, halaman sekolah, halaman tempat ibadah, atau di tempat khusus
untuk kegiatan ini.
c.
Pencerita menyampaikan isi pokok
buku-buku imajinatif (drama, novel, cerpen, kisah, dan lainnya) dengan suatu
khas dan gerakan tertentu.
d.
Pencerita menceritakan sebagian
kecil isi buku, kemudian peserta story telling diharapkan melanjutkan
kisah yang menarik itu misaknya antara lain dengan membaca sendiri akan buku
tersebut.
e.
Story telling dilaksanakan
penuh kekeluargaan dan mengarah pada pembentukan sikap pada anak.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hal di atas, dapat
disimpulkan bahwa Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Asa, pada awalnya lahir
dari sekelompok pemuda dan pemudi di lingkungan RW, sehingga Rumah Asa memiliki
kedekatan yang sangat akrab dengan lingkungan yang ada di sekitarnya, termasuk
Kelurahan, Kecamatan bahkan Polsek yang ada di wilayah Kecamatan Mergangsan.
Faktor pendukung TBM Rumah Asa ini adalah media dunia maya seperti Facebook,
yang sangat membantu terbangunnya budaya kreatif, inovatif dan komunikasi dua
arah yang bisa menjadi masukan kritik dan saran bagi kegiatan di Rumah Asa.
Sehingga dengan faktor pendukung tersebut, dapat menggerakkan minat baca telah
tercapai.
Selain itu faktor yang mendukung
dalam membengkitkan minat baca masyarakat di TBM Rumah Asa yaitu karena adanya
kreatifitas. Kreatifitas yang ada di TBM Rumah Asa tersebut adalah kegiatan
kreatif produktif di lini Asakura, TIARA, Gowes Kampung Jogja Istimewa atau
GONG JOGIS, Ta’lim Asakura, Cakruk Perubahan, dan Brand Asakura. TMB Rumah Asa
di dalamnya tertanam visi bahwa taman baca harus hidup, akan lahir sikap
pantang menyerah dan terus dobrak halangan di depan untuk cita nan mulia. Baca.
Berdaya bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Hermana, Apip.
Somantri, Tatang. Mengelola TBM yang Kreatif dan Produktif. Bandung:
Angka Satu. 2011.
Kalida,
Muhsin. Jogja TBM Kreatif. Yogyakarta: Forum Taman Bacaan Masyarakat DIY.
2012.
Kalida,
Muhsin. Strategi Kemitraan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Yogyakarta:
Cakruk Publishing. 2010.
Lasa HS. Kamus
Kepustakawanan Indonesia. Cet-1. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. 2009.
Ningsi.
Pengurus Bagian Sirkulasi di TBM Rumah Asa. Pada hari Senin, Tanggal 4 Mei
2015, Pukul 14.10-15.45, WIB.
Rusjayanti,
Pengurus Bagian Sirkulasi di TBM Rumah Asa. Pada Hari Senin, Tanggal 4 Mei
2015, Pukul 13. 00-14.10, WIB
Salah Satu Hasil Kreatifitas
Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Asa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar