Sabtu, 12 Desember 2015

KREATIFITAS MEMBANGKITKAN MINAT BACA DI TAMAN BACA MASYARAKAT (TBM) RUMAH ASA


 
A.    Sejarah Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Asa
TBM Rumah Asa hadir di perbatasan RW 11 Karangkajen dan RW 12 Karangkunti Kota Yogyakarta tepatnya beralamat di Karangkajen MG III/886 E RT 43 RW 11 Brontokusuman Yogyakarta, dan dibentuk pada tanggal 23 April 2008, bertepatan dengan Hari Dongeng Dunia. TBM Rumah Asa berada di tengah-tengah masyarakat yang rata-rata mengembangkan jiwa kewirausahaan dalam memenuhi hajat kehidupan keluarga. Secara historis merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya salah satu pusat kemajuan organisasi masyarakat terbesar di Indonesia yaitu Muhammdiyah. Tidak hanya pergerakannya yang hidup, struktur ekonomi Karangkajen termasuk menjadi pusat industry batik tulis, cap maupun printing. Seiring dengan berkembangnya syiar melalui organisasi kemuhammadiyahan menjadikan kampong ini mempunyai suasana religious yang kental. Karangkajen juga mendapat keutamaan tempat dimakamkannya tiga tokoh nasional yaitu KH. Ahmad Dahlan, AR. Fakhruddin dan Lafran Pane pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Berdasarkan hasil wawancara, yang penulis lakukan dengan ibu Rusjayanti, pengurus bagian sirkulasi pada hari Senin, tanggal 4 Mei 2015, pukul 13. 00-14.10, WIB. Ia mengatakan bahwa pada awalnyan TBM Rumah Asa bernama TBM Dunia-Q dan berganti nama pada Mei 2011, setelah pengurusnya melakukan kunjngan pada Desember 2010 ke TBM Rumah Dunia milik Gola Gong, Banten. Saat pertama dibuka TBM Rumah Asa hanya di ruang tamu kontrakan kecil, yang berukuran 2,5x3m2. Hampir 2000 an buku adalah milik pribadi, dan pengurus yang saat itu beranggotakan sepuluh orang. Namun, sekarang yang aktif hanya 5 orang saja, yaitu ibu Rubi Utami Varalin, Indra Suryanto, Ningsi dan Achanti. Dari hasil diskusi diputuskan untuk membuat suatu organisasi sederhana, dengan adanya koordinator, sekretaris, bendahara dan jadwal piket bergilir untuk membuka TBM Rumah Asa setiap hari.
TBM Rumah Asa melakukan upaya untuk pengembangan pendanaan, salah satunya dengan mengajukan bantuan dana kepada pemerintah. Pada tanggal 15 Januari 2009. TBM Rumah Asa mendapatkan bantuan social berupa dana perintisan dari UPT (Unit Pelaksana Teknis) Perpustakaan Kota Yogyakarta senilai 7.000.000,00. Kemudian pada tanggal 5 November 2009, TBM Kembali menerima bantuan social tahap pengembangan sebesar Rp. 4000.000,00. Yang menarik dari TBM Rumah Asa ini adalah kreatifitas pengurusnya dalam merancang program strategis dengan manajemen TBM yang mandiri dan berkelanjutan serta cara mengembangkan pendanaan operasional yang mendukung keberlangsungan TBM Rumah Asa. Sehingga pada tanggal 12 Juni 2010 TBM Rumah Asa terpilih menjadi juara pertama DIY kategori pengelolaan TBM dan pada tanggal 11 Oktober 2013 TBM Rumah Asa meraih juara 1 Nasional kategori TBM kreatif dan rekreatif.
TBM Rumah Asa yang tadinya menggunakan tag “Membaca dengan Nurani, Menulis dengan Hikmah, dan Bertindak dengan Makna serta Manfaat” mulai awal 2014 berganti menjadi “Baca, Berdaya Bersama” di mana peran TBM juga bisa menjadi ujung tombak perubahan paradigm berpikir yang mengedepankan kemandirian, kewirausahaan dan suntainabilitas. Sehingga program menjadi mutlak untuk dikerjakan. Dalam hal ini TBM Rumah Asa menjadi begitu menarik. Karena TBM sungguh bisa diarahkan untuk bisa menjadi satu instrument memperbaiki komitmen masyarakat menuju bangsa yang besar. Dan pada saat pertama kali TBM diadakan, warga Karangkajen sangat antusias sekali untuk mengunjungi TBM. Kegiatan ruti yang dilakukan pada waktu itu, yakni kegiatan sirkulasi (peminjaman dan pengembalian buku), kelompok belajar diskusi pemuda, dongeng anak, dan jalan sehat. 

B.     Tujuan Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Asa
Menurut Lasa (2009:331), menyatakan bahwa Taman Bacaan Masyarakat (TBM), adalah sumber belajar yang melaksanakan fungsi perpustakaan yang menyediakan bahan informasi yang dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan minat baca dan melek informasi. Keberadaan taman bacaan masyarakat ini diharapkan berfungsi untuk menumbuhkan minat baca, memperkaya pengalaman belajar, menumbuhkan kegiatan belajar mandiri, memperluas wawasan masyarakat dan tempat belajar sepanjang hayat. Kalida (2012:3) mengemukakan bahwa TBM yang didirikan di tengah masyarakat tentu memiliki maksud dan tujuan, yakni menyediakan berbagai macam buku guna menunjang kegiatan pembelajaran bagi masyarakat umum, menjadi sumber informasi yang berguna bagi keperluan umum, memberikan layanan yang berkaitan dengan informasi tertulis, digital maupun bentuk media lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan memberikan layanan referensi.
Selanjutnya Kalida (2012:17), mengemukakan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut TBM harus mampu berkembang dan secara kelembagaan TBM harus kuat dan mandiri. Artinya untuk mempertahankan kehidupan untuk jangka panjang, perlu perjuangan yang tidak mudah yang harus ditempuh oleh pengelola. Banyak TBM yang bernafas Senin Kamis yang hidup diujung tanduk, “laa yamutu walaa yahya” (tidak mati dan tidak hidup), disebabkan karena TBM menggantungkan diri pada pemerintah atau lembaga lainnya. Untuk memandirikan TBM seorang pengelola harus mengadakan peningkatan di berbagai bidang diantaranya yaitu, capacity building (kapasitas kelembagaan dan SDM), networking (membangun jaringan dan mitra kerja), fundraising (menggalang dana dan simpatisan), dan publishing (informasi dan publikasi)
Adapun tujuan adanya Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Asa, yaitu:
1.      Baca, berdaya bersama.
2.      Memotivasi minat baca dengan kegiatan yang mempunyai nilai tambah secara ekonomis melalui pelatihan lifeskill.
3.      Mengorganisir kreatifitas menjadi sebuah wadah pemberdayaan bersama yang didampingi buku sebagai khsanah utama. Dan
4.      Menciptakan brand ASAKURA untuk bisa bersaing dan mengukur hasil kreatifitas melalui pasar nyata 20% dan utamanya dunia maya 80%.
Rumah Asa tumbuh dan berkembang di tengah kota yang padat penduduknya. Pengelola Taman Baca Masyarakat Rumah Asa selama hampir 6 tahun, menghadapi masyarakat dengan karakteristik-karakteristik, yaitu sebagai berikut:
1.      Perubahan budaya yang diakibatkan TI (Teknologi Informasi), yang menyebabkan masyarakat cenderung betah di rumah sehingga kehidupan keagamaan menurun dibandingkankan dengan beberapa tahun yang lalu.
2.      Warga Karangkajen secara umum memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara berwirausaha.
3.      Pembagian kerja di antara warga, jauh lebih tegas.
4.      Tidak suka repot atau suka yang praktis, sehingga mempunyai sifat konsumerisme, lebih dominan suka menikmati langsung daripada membuat atau berproduksi.

C.    Kreatifitas Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Asa
Hermana dan Tatang (2011:9), kreatif yaitu memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan. Artinya, kreatifitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru (inovatif/kreatif) atau belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan, berguna dan dapat dimengerti. Sedangkan menurut Kalida (2012:19) kreatifitas merupakan pendukung kesuksesan yang tidak ternilai harganya. Hal ini bisa dilatih, tetapi membutuhkan waktu secara terus menerus (continue). Suatu TBM dianggap kreatif jika pengelolanya, yaitu sebagai berikut:
1.      Memiliki kelancaran berfikir (fluency of thinking), kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari hasil pemikiran secara cepat. Pada umumnya kelancaran berpikir ini diorientasikan kepada hasil secara kuantitas.
2.      Luwes dalam berpikir (flexibility), mampu memproduksi sejumlah karya yang bervariasi atau model yang berbeda-beda, mencari alternative dan mampu menggunakan berbagai pendekatan dan cara berpikir.
3.      Daya elaboratif (elaboration), kemampuan mengembangkan gagasan, menambahkan, memperinci gagasan atau situasi, sehingga menjadi lebih menarik.
4.      Originalitas (originality), memiliki kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik dan asli (original).
Selanjutnya Kalida (2012:20-22), mengemukakan bahwa TBM kreatif adalah TBM yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan kreatif. Dikatakan TBM Kreatif jika TBM bukan hanya didesain untuk menyediakan bahan bacaan dan tempat membaca. Namun, juga didesain sebagai wadah untuk menciptakan kreatifitas warga masyarakat atau ide dan gagasan baru pengelola. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat suatu TBM kreatif, diantaranya, yaitu sebagai berikut:
a.       TBM harus melakukan sesuatu yang berbeda karena jika melakukan hal yang sama secara terus menerus akan mengakibat kejenuhan. TBM haruss mengadakan kegiatan yang belum pernah dilakukan dengan berbagai improvisasi.
b.      TBM harus menjalin komunikasi dengan berbagai elemen. Semakin banyak informasi yang kita dapat tentu akan menambah keilmuan yang bisa mendukung kreatifitas pengelola TBM, dan semakin banyak mitra akan semakin banyak peluang untuk menumbunhkan ide-ide kreatif.
c.       Pengelola TBM harus banyak membaca dan menulis serta berpikir untuk mengembangkan ide-ide yang ada. Banyak wawasan dan ide brilian muncul dari aktifitas membaca. Semakin banyak membaca, maka semakin banyak informasi yang diperoleh.
d.      Pengelola TBM hendaknya menyediakan waktu untuk berpikir dan merenungkan cara untuk menemukan ide ata gagasan. Gagasan tersebut adalah pondasi untuk berkreatifitas sehingga sangat disayangkan jika ide hanya terlintas dibenak kita saja.
Selain di atas, Kalida (2010:21) mengemukakan, dalam program pengembangan TBM, pengelola TBM dituntut untuk memiliki etos kerja yang tinggi karena mengurusi lembaga nirlaba bukan hanya membutuhkan kreatifitas dan kecerdasan tertentu, tetapi mereka juga harus berkorban tenaga dan biaya. Mereka tidak boleh berharap gaji berupa uang, yang akan mereka terima yakni amal dan value profesionalisme karena orientasi disetiap pekerjaan yang mereka selesaikan adalah ilmu dan mitra.
Adapun kreatifitas TBM Rumah Asa yang ada di Karangkajen, yaitu:
1)      Kegiatan kreatif produktif di lini Asakura, secara mandiri dengan berlangganan tidak kurang dari 10 media, diantaranya Kuark 1, Kuark 2, Kuark 3, Majalah Umi, Majalah Hidayatullah, Tabloid Peluang Usa, Majalah ElShinta, Koran Republika, Kompas dan Tribun Jogja. Penambahan minimal 10 judul buku baru setiap bulannya diutamakan untuk tema-tema pengembangan lifeskill.
2)      Untuk TIARA, pengelola TBM Rumah Asa gelar pada beberapa chapter Rumah Asa, sebagai bentuk apresiasi Rumah Asa kepada para pembaca terbanyak di suatu kampung. Misalnya, mengadakan pelatihan membuat “bros” di daerah Sindurejan, di mana ada 20 orang pembaca ibu-ibu yang aktif membaca dan berwirausaha. Lokasi Sindurejan itu sendiri yaitu 4 KM dari Rumah Asa. Selain juga di chapter Rumah Asa di daerah Karanganyar yang berlokasi 1 KM dari Rumah Asa yang terdiri dari ibu-ibu aktifis PAUD RW dan berwirausaha di bidang kuliner.
3)      Gowes Kampung Jogja Istimewa atau GONG JOGIS untuk usia 8-15 tahun yang merupakan hal kreatif dan baru dilakukan oleh Rumah Asa dalam menggunakan metode historiografi.
4)      Ta’lim Asakura yang merupakan pengembangan program Cakruk Jelita untuk Anak SMA sampai Perguruan Tinggi, rutin setiap Senin malam, tampat bergantian di lingkungan kecamatan. Melatih kreatifias dengan memberi materi bergantian.
5)      Cakruk Perubahan di angkringan untuk para bapak, semuanya berbasis buku bacaan. Hal tersebut didiskusikan di angkringan, dengan menu-menu rakyat jelata yang eksotik yaitu nasi kucing dalam remang-remang cahaya lampu teplok.
6)      Brands Asakura yang menjadi alat ekonomi kreatif di bawah lini Cakruk Serba Bisa.
Dengan adanya kreatifitas tersebut, maka minat baca yang ada di Rumah Asa selalu terus-menerus meningkatkan pengetahuannya, dengan cara membaca dan mencari referensi. Demikian juga pengetahuan yang bersinergi dan bersosialita menjadkan para relawan utamanya, dan warga yang aktif dalam agenda Asakura dan Tiara akan terus menerus mencari buku-buku untuk menambah pengetahuan dan wawasannya.

D.    Upaya Membangkitkan Minat Baca di TBM Rumah Asa
Adapun konsep kegiatan untuk membangkitkan minat baca yang ada di TBM Rumah Asa, Berdasarkan hasil wawancara, yang penulis lakukan dengan ibu Ningsi, pengurus bagian sirkulasi pada hari Senin, tanggal 4 Mei 2015, pukul 14.10-15.45, WIB. Ia mengatakan bahwa yaitu:
1.      Menjaga jadwal kunjung dari hari Senin-Jum’at. Dengan menggunakan kaidah dan prosedur peminjaman dan pengembalian buku, hingga saat ini terdaftar 1.688 orang warga baca Rumah Asa. Kegiatan rutin peminjaman buku, terbuka untuk umum baik laki-laki maupun perempuan. Dengan kategori PAUD-TK, SD-SMP, SMA-Perguruan Tinggi, Usia Bekerja dan Lansia. Jam buka layanan sirkulasi ini mulai dari jam 16.00-18.00 Pas orang adzan magrib. Buku yang boleh dipinjam hanya sebanyak 2 eksemplar buku, dan waktu peminjamanya selama 1 minggu, dan apabila terlambat tidak dikenakan biaya, tetapi apabila peminjam ingin memberikan uang sebagai pengganti keterlambatan, maka dianggap sebagai infaq. Selain itu apabila seseorang ingin mendaftar menjadi anggota TBM Rumah Asa maka hanya mengisi Formulir saja tanpa dipungut biaya. Dan ketika ada tamu atau anggota datang maka harus mengisi buku tamu. Sedangkan buku yang dipinjam kebanyakan buku tentang komik, fiksi, majalah dan buku tentang agama. Buku tentang komik atau fiksi kebanyakan dipinjam oleh anak-anak, buku majalah kebanyakan dipinjam oleh ibu-ibu rumah tangga, dan majalh tersebut yang berisi tentang fashion, kuliner dan sebagainya, karena kebanyakan ibu-ibu yang ada di Karangkajen berwirausaha. Dan masalah buku agama kebanyakan dipinjam oleh orang yang sudah lansia (Lanjut Usia). Hampir semua jenis buku di TBM Rumah Asa ini ada, baik fiksi, non fiksi, majalah dan lain sebagainya. Namun yang tidak ada hanya buku tentang pelajaran sekolah, baik buku SD, SMP dan SMA.
2.      Taman Bca Masyarakat (TBM) Rumah Asa, mengadakan program menarik yang rutin di adakan, yaitu Training Ibunda Rumah Asa atau TIARA setiap hari minggu di pekan kedua setiap bulannya untuk ibu-ibu muda di bawah 45 tahun. Dan berisi tema parenting dan lifeskill yang di helat secara berselang-seling, dan maksimal terdiri dari 40 orang Ibunda.
3.      Gowes Kampung Jogja Istimewa atau GONG JOGIS untuk usia 8-15 tahun yang merupakan pengembangan program Cakruk Smart Hebat, menggunakan metode historiografi. Setiap dua minggu sekali, dengan konsep 1 orang dewasa mengampu 5 orang anak. Sebelumnya di training oleh POLSEK wilayah Kecamatan Merngangsan, untuk sadar rambu dan adab berlalulintas.
4.      Ta’lim Asakura yang merupakan pengembangan program Cakruk JELITA untuk anak SMA sampai Perguruan Tinggi, diadakan rutin pada setiap Senin malam, tempatnya bergantian di lingkungan kecamatan. Adapun anggotanya adalah para volunteer yang kebanyakan putri dan masih bertetangga dengan Rumah Asa. Dan jumlah anggotanya saat ini ada 18 orang yang merupakan para relawan, yang berusia di atas 16 tahun.
5.      Carkruk Perubahan di angkringan untuk para bapak, semuanya berbasis buku bacaan. Diakan rutin setiap 3 bulan sekali, untuk para bapak dan para pemuda, dengan rata-rata usia di atas 18 tahun. Lebih banyak didasarkan pada kondisi saat ini dengan topik-topik trendsetter dan hotnews.
6.      Brands Asakura yang menjadi alat ekonomi kreatif di bawah lini Cakruk Serba Bisa, hal ini dikonsep dengan menggunakan online, maka yang boleh menjadi admin adalah mereka yang berumur di atas 17 tahun dan aktif menjadi panitia Rumah Asa. Adapun konsep online tersebut, yaitu:
Web            : www.rumahasa.com
Blog            : www.asakurarumahasa.blogspot.com.  
IG               : @GALERI_ASAKURA & @ASAKURA_RUMAH_ASA
Grup           : Rumah Asa, TBM
Page            : Mukena Murah Asakura
FB              : Rumah Asa Jogja
Adapun produk yang di jual oleh TBM Rumah Asa yaitu Mukena Literasi untuk usia 7 tahun ke bawah, mukena Couple Ibu dan Anak, mukena seragam Majlis Ta’lim, Gamis SUJU (Super Jumbo) dan Kencleng 5R ASAKURA dengan menggunakan konsep Reduce, Reuse, Recycle, Repair dan Rethink. Karena sehari-hari admin Rumah Asa selalu terhubung (online) setiap bulan sekali pada Sabtu atau Minggu terakhir, diadakan agenda temu muka para anggota sekitar 20-40 orang yang biasa disebut kopi darata atai kopdar. TBM Rumah Asa selalu mengadakan outing class dengan materi-materi aplikatif, missal optimasi facebook, otimasi instagram, otimasi photogrid, otomasi twitter, optimasi penggunaan kamera hp juga pocket dan tidak kalah penting optimasi display baik offline maupun online.
Dengan adanya kegiatan di TBM Rumah Asa tersebut, terdapat hasil yang diperoleh yaitu pertama, hasil kegiatan rutin peminjaman dan pengembalian buku setiap hari adalah penambahan buku dari tahun ke tahun. Kedua, hasil dari pelatihan TIARA adalah terbangunnya inisiasi kelompok ibu-ibu yang mendirikan Rumah Asa di lingkungannya, yaitu kampong Sindurejan dan Kampung Karanganyar. Ketiga, program Gong Jogis, menghasilkan metode jalan-jalan yang fun dan sarat makna sejarah. Follow up dari kegiatan tersebut adalah pembuatan buku wisata kampong Jogja Istimewa, dan penulisnya adalah anggota hobbies Gong Jogis. Keempat, Ta’lim Asakura yang berkelanjuta melahirkan para penerus sekitar 20 relawan yang siap menjado garda depan mengawal program-program yang berjalan. Kelima, Cakruk Perubahan di Angkringan untuk para bapak berefek pada meningkatnya kepedulian kaum pria untuk menjadi relawan di Rumah Asa. Dan pada tahun ini bertambah 4 orang bapak dan remaja putra yang turut membersamai Rumah Asa.
Selain hal di atas, menurut Rusjayanti, untuk mengajak anak-anak supaya gemar membaca, itu tidak sulit, karena TBM Rumah Asa, mempunyai dua (2) strategi yang handal, yaitu pertama, dengan diadakan “pesta eksrim” dengan dihadiri sekitar 200 anak, karena dengan adanya pesta eskrim tersebut anak-anak senang dan gembira. Kedua, supaya anak-anak gemar membaca maka TBM Rumah Asa menggunakan cara dengan mendongeng (story telling).
Menurut Lasa (2009:39), story telling adalah bentuk komunikasi antara pencerita dengan sejumlah peserta melalui gerak dan suara. Story telling ini dapat diselenggarakan di sekolah, taman bacaan masyarakat/TBM, perpustakaan anak-anak, perpustakaan umum, tepat-tempat ibadah dan lainnya. Story telling tersebut dapat memberikan manfaat, antara lain yaitu:
a.         Menumbuhkan rasa percaya diri pada anak/siswa
b.        Merangsang imajinasi
c.         Menumbuhkan rasa ingin tahu
d.        Memperoleh kemampuan untuk menyelesaikan masalah
e.         Menambah pembendaharaan kata
f.         Memperluas wawasan
Adapun pelaksanaan story telling ini dapat dipilih dari beberapa cara antara lain:
a.         Pencerita dapat terdiri dari guru, guru pustakawan, pustakawan, atau pihak lain yang memiliki kemampuan bercerita.
b.        Tempat bercerita bisa di ruang perpustakaan, halaman sekolah, halaman tempat ibadah, atau di tempat khusus untuk kegiatan ini.
c.         Pencerita menyampaikan isi pokok buku-buku imajinatif (drama, novel, cerpen, kisah, dan lainnya) dengan suatu khas dan gerakan tertentu.
d.        Pencerita menceritakan sebagian kecil isi buku, kemudian peserta story telling diharapkan melanjutkan kisah yang menarik itu misaknya antara lain dengan membaca sendiri akan buku tersebut.
e.         Story telling dilaksanakan penuh kekeluargaan dan mengarah pada pembentukan sikap pada anak.

E.  KESIMPULAN
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Asa, pada awalnya lahir dari sekelompok pemuda dan pemudi di lingkungan RW, sehingga Rumah Asa memiliki kedekatan yang sangat akrab dengan lingkungan yang ada di sekitarnya, termasuk Kelurahan, Kecamatan bahkan Polsek yang ada di wilayah Kecamatan Mergangsan. Faktor pendukung TBM Rumah Asa ini adalah media dunia maya seperti Facebook, yang sangat membantu terbangunnya budaya kreatif, inovatif dan komunikasi dua arah yang bisa menjadi masukan kritik dan saran bagi kegiatan di Rumah Asa. Sehingga dengan faktor pendukung tersebut, dapat menggerakkan minat baca telah tercapai.
Selain itu faktor yang mendukung dalam membengkitkan minat baca masyarakat di TBM Rumah Asa yaitu karena adanya kreatifitas. Kreatifitas yang ada di TBM Rumah Asa tersebut adalah kegiatan kreatif produktif di lini Asakura, TIARA, Gowes Kampung Jogja Istimewa atau GONG JOGIS, Ta’lim Asakura, Cakruk Perubahan, dan Brand Asakura. TMB Rumah Asa di dalamnya tertanam visi bahwa taman baca harus hidup, akan lahir sikap pantang menyerah dan terus dobrak halangan di depan untuk cita nan mulia. Baca. Berdaya bersama.


DAFTAR PUSTAKA

Hermana, Apip. Somantri, Tatang. Mengelola TBM yang Kreatif dan Produktif. Bandung: Angka Satu. 2011.

Kalida, Muhsin. Jogja TBM Kreatif. Yogyakarta: Forum Taman Bacaan Masyarakat DIY. 2012.

Kalida, Muhsin. Strategi Kemitraan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Yogyakarta: Cakruk Publishing. 2010.

Lasa HS. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Cet-1. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. 2009.

Ningsi. Pengurus Bagian Sirkulasi di TBM Rumah Asa. Pada hari Senin, Tanggal 4 Mei 2015, Pukul 14.10-15.45, WIB.

Rusjayanti, Pengurus Bagian Sirkulasi di TBM Rumah Asa. Pada Hari Senin, Tanggal 4 Mei 2015, Pukul 13. 00-14.10, WIB


Salah Satu Hasil Kreatifitas Taman Baca Masyarakat (TBM) Rumah Asa






Tidak ada komentar:

Posting Komentar