Rabu, 02 Desember 2015

PERJALANAN SAYA DAN PERPUSTAKAAN



Perpustakaan yang hanya identik dengan buku, nyatanya bisa membuat saya tertarik, karena di dalamnya banyak mengandung informasi yang saya inginkan. Dulu tidak pernah terpikirkan oleh saya pribadi, kalau saya akan berkecimpung dengan dunia perpustakaan dan mempelajari ilmunya seperti saat ini. Pertama kali saya mengenal sebuah perpustakaan ketika saya tinggal di Pondok Pesantren As-Salafiyah Safi’iyah tepatnya di Pondok Pesantren Raudhlatul Ulum 1 Malang. Selain saya nyantri saya juga Sekolah Menengah Atas (SMA) Raudhlatul Ulum 1 Malang pada tahun 2006/2007-2009/2010. Sebelumnya, waktu saya duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Raudhlatu Ulum II Puguk  pada tahun 1997/1998 an dan di bangku Madrasah Stanawiyah (MTs) Raudhlatul Ulum I Meranti pada tahun 2003/2004-2006/2007, saya tidak mengenal dengan yang namanya perpustakaan karena di sekolah saya dulu tidak ada yang namanya perpustakaan. Dikarenakan sekolah saya itu berada di kampung (pelosok) yang masih tertinggal dan sulit sekali untuk mengakses informasi kondisi pada saat itu. Begitu juga dengan kondisi saat ini masih sulit yang namanya mengakses informasi, karena tempatnya memang di pelosok. Jangankan informasi bisa diakses, untuk nelpon saja atau menghubungi seseorang sulit sekali, karena sinyalnya sulit untuk didapatkan mungkin karena keadaannya atau lingkungannya masih di kelilingi oleh pepohonan atau lingkungan yang masih dikelilingi hutan.
Ketika saya lulus dari Pondok Pesantren dan selesai jenjang pada pendidikan Menengah Atas (SMA) saya berniat untuk kuliah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Namun, keadaan yang tidak mendukung saya untuk kuliah di tempat tersebut dan mengharuskan saya pulang ke kampung halaman dan melanjutkan pendidikan di Pontianak tepatnya di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontinak dan sekarang sudah berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Saya kuliah ambil jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), sebenarnya saya kurang tertarik dengan Pendidikan Agama Islam tersebut. Namun, karena orang di sekeliling saya menyuruh ambil jurusan itu, maka  saya ikuti dan Alhamdulillah bisa menikmati, dan sampai selesai mendapatkan gelar S.Pd.I, dengan ditempuh selama 3 tahun lebih. Alasan mengapa mereka menyuruh saya ambil jurusan tersebut, mungkin karena basic/beground saya yang tidak lepas dari pendidikan agama.
Pada waktu saya kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontinak banyak sekali tugas yang diberikan oleh dosen, sehingga saya banyak sekali membutuhkan informasi atau referensi sebagai acuan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Saya mencari informasi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen dengan mencari rujukan di perpustakaan karena saya suka sekali membaca referensi yang berbasis hard copy atau buku, karena enak dibaca dan sumbernya pun jelas. Kalau misalnya buku yang dicari tidak ditemukan saya langsung cari ke toko buku, sampai ketemu. Dan pada waktu itu juga saya tidak suka yang namanya menyelesaikan atau mengerjakan tugas itu ambil dari internet atau yang biasa disebut oleh teman-teman kelas saya waktu di bangku kuliah dengan sebutan “Mbah Google”. Dan sampai sekarang pun saya juga masih demikian, tidak suka ambil informasi atau rujukan dari internet atau dari mbah google tersebut, entah kenapa alasanya saya seperti itu?, yang ada di dalam pikiran saya “tidak srek saja kalau ambil rujukan dari internet dan kalau tidak melihat sumber aslinya”. Kecuali informasi tersebut seperti artikel dan jurnal baru saya ambil untuk dijadikan referensi.
Ketika saya mencari informasi di perpustakaan, baik perpustakaan yang ada di kampus maupun di perpustakaan Daerah, baik itu berupa buku atau pun jurnal sulit sekali untuk ditemukan dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Karena tidak ada sistem penelusuran informasi seperti yang kita kenal pada saat ini yaitu Online Public Access Catalogue (OPAC). Dan pada saat bertanya kepada petugas perpustakaannya pun juga sulit, karena yang menjaga pada waktu itu hanyalah beberapa orang dengan mahasisswa atau pengunjung yang sangat banyak. Begitu juga demikian, dengan layanan sirkulasi masih bersifat manual sehingga ketika mau meminjam dan mengembalikannya masih menunggu atau ngantri dengan berjejernya pemustaka di tempat sirkulasi. Bisa dibayangkan dengan ribuan mahasiswa/pemustaka dan petugasnya hanya beberapa orang saja, dengan melayani pengembalian dan peminjaman. Di dalam pikiran saya timbul sebuah pertanyaan, apakah semua perpustakaan akan seperti itu terus-menerus dan tidak akan berubah.
Setelah selesai kuliah pada tahun 2013, saya izin sama abah dengan ummi untuk melanjutkan S2, abah dan ummi pun memberikan izin dan bertanya mau ngambil jurusan apa, apakah tetap mau ambil jurusan yang sama dengan sebelumnya yaitu PAI ataukah beda, karena ketika saya selesai SI kedua orang tua saya menyerahkan semuanya kepada saya. Saya menjawab “lihat nanti saja abah umi pokok intinya saya tidak ingin mengambil jurusan yang sama, saya inginnya mengambil jurusan yang lain supaya tidak monoton di pendidikan agama terus”. Tapi walaupun abah dengan ummi langsung mengizinkan, saya tidak langsung melanjutkan pendidikan saya disebabkan karena masih ada tanggung jawab yaitu mengajar di Panti Asuhan Darul Falah tepatnya di Jl. Trans Kalimantan Parid Adam, mengajar di Sekolah Dasar Islam Swasta (SDIS), dan di Madrasah Stanawiyah (MTs) Raudhlatul Ulum II Puguk, Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kuburaya, Kalimantan Barat (Kal-Bar). Ketika saya mengajar, saya amati perpustakaan yang ada di sekolah tempat saya ngajar, sangat tidak tertata dengan rapi dan tidak ada petugasnya yang secara khusus untuk menjaga perpustakaan tersebut. Timbul di dalam pikiran saya apakah perpustakaan itu tidak ada ilmunya, dan apakah tidak ada jurusan secara khusus tentang perpustakaan. Memang, kalau saya hanya melihat pendidikan yang ada di Kalimantan sendiri khususnya di Pontianak belum ada Perguruan Tinggi atau fakultas yang secara khusus untuk jurusan ilmu Perpustakaan pada waktu itu. Saya berpikir lagi sambil bertanya kepada diri saya sendiri “atau saya kuliah saja S2 ambil jurusan perpustakaan saja ya?”. Nanti kalau saya kuliah S2 perpustakaan, saya bisa mengubah perpustakaan lebih baik lagi dan bisa membuat perpustakaan pribadi, khususnya perpustakaan di kampung/di desa saya sendiri,  mumpung belum ada perpustakaan sama sekali.
Setelah beberapa bulan, ummi dengan abah bertanya “jadi tidak yang mau kuliah S2?” saya langsung jawab “jadi lah”, lalu ditanya lagi sama abah dan umi “ambil jurusan apa”?, dengan spontanya saya menjawab “mau ambil Ilmu Perpustakaan”, ditanya lagi “di mana”?, dan saya pun menjawab lagi “di mana saja, pokok intinya bukan di Pontianak atau daerah Kalimantan, hehe dengan tersenyum saya menjawabnya. Orang tua pun juga ikut tersenyum. Setelah menjawab mau ngambil Ilmu Perpustakaan, saya langsung pergi ke Pontianak dan browsing, mencari info tentang Perguruan Tinggi yang ada jurusan perpustakaannya khususnya yang S2. Ternyata ada juga, dan salah satunya ya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang pada saat ini saya sudah menjadi mahasasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Ketika saya browsing dan menemukan jurusan tersebut saya langsung tertarik dan ingin kuliah di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.  Setelah menemukan hal tersebut saya langsung pulang ke kampung halaman, dan bercerita langsung sama abah dan umi kalau saya mau kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lalu kata abah dan umi “kok jauh benar, ada temannya tah, ambil jurusan apa? saya pun menjawab “mengambil jurusan ilmu perpustakaan dan saya kuliahnyapun tidak ada teman yang sama-sama dari Pontianak,  sekaligus menyakinkan kedua orang tua saya kalau saya pasti bisa walaupun sendiri, dan bisa menjaga diri, Insyaallah. Orang tua pun setuju, langsung saya daftar ke bank BNI, dan ikut tes gelombang pertama, alhamdulillah ketika pengumuman saya dinyatakan lulus. Ketika saya dinyatakan lulus, saya sangat bingung sekali, karena saya tidak mempunyai ilmu dasar tentang perpustakaan.
Awal pertama kuliah di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, saya mengira kalau hanya saya sendiri yang S1-nya bukan Ilmu Perpustakaan, tetapi ada juga dua (2) orang yang S1-nya juga non Perpustakaan atau tidak linear, yaitu Sahidi dan Zulfikar Alghazali yang juga bersama-sama berasal dari Pontianak. Ketika masuk kuliah pertama kali saya merasa kesulitan dan kebingungan karena apa yang disampaikan oleh dosen banyak kata-kata yang tidak dipahami. Seperti kata-kata tentang pustakawan, OPAC, tesaurus, klasifikasi, DDC, dan semuanya yang berhubungan dengan perpustakaan saya tidak memahami. Karena dengan ketidaktahuan saya, saya sambil baca-baca tentang buku perpustakaan dan setiap dosen menjelaskan saya berusaha untuk konsentrasi dan mengerti apa yang dijelaskannya. Pernah ketika dosen menjelaskan tentang tesaurus, terlintas di dalam pikiran saya, kalau tesaurus itu adalah seekor binatang seperti Dinosaurus, tapi saya masih berpikir lagi, masa sih kata tesaurus itu maknanya itu, saking penasarannya saya tanya pada teman saya yang duduk disamping saya, kebetulan dia itu S1 nya adalah ilmu perpustakaan, namun ketika dia menjelaskan saya masih kurang paham, sehingga saya beli kamus tentang perpustakaan dan kepustakawanan, dan akhirnya saya paham kalau tesaurus itu dalam dunia perpustakaan bisa dilihat dari dua aspek yaitu fungsi dan strukturnya. Kalau dilihat dari fungsinya, tesaurus adalah sarana pengawasan kosakata yang dipakai untuk menerjemahkan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa indeks. Tapi kalau dilihat dari strukturnya, tesaurus adalah senarai kata yang bertautan satu dengan yang lain secara semantik maupun generik. Kalau mengingat hal itu, saya jadi ketawa sendiri biasanya, masa tesaurus disamakan Dinosaurus.
Jujur, setiap masuk kuliah saya selalu merasa ketakutan dan kebingungan, takut karena tidak bisa mengikuti dan memahami apa yang dijelaskan dosen. Merasa kebingungan karena setiap dosen memberikan berbagai macam tugas, baik sejenis makalah, mene research, jurnal atau tentang tokoh-tokoh perpustakaan. Dan merasa kalau di dalam kelas di antara teman-teman yang lain, saya lah yang paling tidak tahu apa-apa tentang perpustakaan. Namun saya tetap berusaha untuk bisa memahami dan membuktikan dan selalu memotivasi diri saya sendiri kalau saya pasti bisa sampai akhir, dan sampai mengerti tentang seluk beluk ilmu perpustakaan tersebut. Supaya suatu saat nanti ketika saya pulang ke kampung halaman atau di Pontianak bisa merubah perpustakaan semakin berkembang lagi, dan bisa membuat suatu perpustakaan sesuai dengan keinginan pemustaka, serta memudahkan pemustaka dalam pencarian informasi sekaligus membuat pemustaka merasa loyal terhadap perpustakaan.
Alhamdulillah sedikit demi sedikit saya mulai memahami tentang perpustakaan. Dan  sampai saat ini juga saya bisa mengikuti dan belajar lebih banyak lagi tentang perpustakaan. Saya merasa beruntung dan merasa sangat bersyukur ternyata perpustakaan itu banyak sekali ilmunya. Dengan kuliah di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini banyak sekali pengalaman yang di dapatkan, salah satunya dengan melihat perpustakaan yang ada di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang sudah sangat berkembang yaitu baik dari segi layananya sudah sangat memuaskan, apalagi layanan sirkulasi yang sudah berbasis Radio Frequency Identification (RFID). Di mana layanan sirkulasi yang berbasis RFID ini adalah  peminjaman dan pengembalian koleksi dilakukan secara mandiri oleh user atau pemustaka. Secara tidak langsung perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta  telah mewujudkan pemustaka yang mandiri, yang sebelumnya saya tidak pernah menemukan di perpustakaan manapun, apalagi di perpustakaan yang ada di Kal-Bar. Muda-mudahan apa yang saya dapatkan dari bangku kuliah ini dari semester I, II dan III (yang masih dijalani pada saat ini) serta pengalaman-pengalaman yang didapatkan tidak dilupakan, bermanfaat untuk kedepannya serta barokallah selalu, Amin.... Amin Allahumma Amin.


Layanan sirkulasi berbasis Radio Frequency Identification (RFID) di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar